Sabtu, 21 Desember 2013


IDENTIFIKASI HIDROKARBON

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 Latar Belakang

Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut hidrokarbon. Hidrrokarbon terbagi menjadi dua yaitu hidrokrbon alifatik dan hidrokarbon siklik. Hidrokarbon alifatik dan siklik juga dibagi lagi dalam beberapa bagian. Hidrokarbon alifatik terbagi menjadi dua yaitu alifatik jenuh (senyawa alkana) dan alifatik tak jenuh (senyawa alkena dan alkuna), sedangkan hidrokarbon siklik terbagi menjadi tiga yaitu siklik jenuh (sikloalkana), siklik tak jenuh (sikloalkena), dan siklik aromatic (benzena).

Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya hidrokarbon daopat bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon tetra klorida (CCl4) atau diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Sedangkan senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi substitusi.

Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi pada hidrokarbon:

1, Reaksi Pembakaran

Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan H2O. Sebagaimana reaksinya adalah sebagai berikut. CH4  2O2  CO2 + 2H2O

2. Reaksi dengan Bromin

Hidrokarbon tak jenuh bereaksi cepat dengan bromine dalam larutan CCl4.  Reaksi yang terjadi adalah adisi bromine pada ikatan rangkap. Larutan bromine berwarna merah kecoklatan sedangkan hasilnya adalah tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan ilangnya warna larutan bromine. Alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi dengan bromine (warna merah kecoklatan bromine tetap ada). Sedangkan senyawa aromatic dapat mengalami reaksi substitusi dengan bromine dengan adanya kjatalis Fe atau AlCl3. Reaksi substitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.

3. Reaksi dengan H2SO4 pekat

Hidrokarbon tak jenuh akan mengalami reaksi adisi dengan H2SO4 pekat dingin. Produksi yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4. Hidrokarbon tak jenuh dengan H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.

4. Reaksi dengan KMnO4 (Uji Baeyer)

Larutan KMnO4  mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkan dan senyawa aromatic umumnya tidak reaktif dengan KMnO4. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat MnO2. Produk yang dihasilkan adalah suatu glikol atau 1,2-diol.

Dari dasar teori tersebut telah dilakukan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan di atas. Prosedur, alat-alat dan bahan yang digunakan, serta hasil pengamatan dalam percobaan akan dijelaskan pada

 

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:

1.      Menyelidiki sifat-sifat fisik dan kelarutan senyawa hidrokarbon.

2.      Membandingkan reaktivitas antara alkana, alkena, dan senyawa aromatik.

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya, dari sini kita dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.      Alat dan bahan apa saja yang digunakan kuntuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon?

2.      Bagaimanakah prosedur kerja percobaan identifikasi hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan pada latar belakang?

3.      Bagaimanakah hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan?

4.      Bagaimanakah pembahasan mengenai perbandingan antara haasil percobaan engan dasar teori?

 

 

 

BAB II

METODE KERJA

Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:

·         Tabung reaksi

·         Pipet tetes

·         Batang pengaduk

·         Kaca arloji

·         Gelas piala

·         Gelas ukur

 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:

·         Sikloheksena

·         Toluen

·         Minyak goreng

·         Minyak tanah

·         H2SO4 pekat

·         Es batu

·         KMnO4 1%

 

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam melakukan percobaan ini ada beberapa langkah-langkah yaitu:

·         Sifat Fisik Hidrokarbon

1.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluen, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes air ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum diguncangkan.

2.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluene, dan minyak goring ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes minyak tanah ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum digoncang-goncangkan.

·         Sifat Kimia Hidrokarbon

1.      Reaksi pembakaran

Diteteskan 10 tetes masing-masing sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam masing-masing kaca arloji. Dibakar secara hati-hati dan diamati nyala serta warna asap yang dihasilkan dari proses pembakaran. (Dilakukan di lemari asam)

2.      Reaksi dengan KMnO4

Dimasukkan 1ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan tetes demi tetes KMnO4 ke dalam tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Reaksi positif bila warna ungu dari KMnO4 hilang dan timbul endapan coklat MnO2.

3.      Reaksi dengan H2SO4 pekat

Dimasukkan 1 ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditempatkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam penanggas es. Ditambahkan 10 tetes H2SO4 pekas yang suda didinginkan ke masing-masing tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Diamati perubahan yang terjadi.

 

BAB III

HASIL PEMBAHASAN

 

Hasil Pengamatan

1.      Sifat Fisika Hidrokarbon

·         Reaksi dengan Air

1.      Air + Minyak goreng menghasilkan 2 larutan 2 fasa minyak berada pada bagian atas dan air pada bagian bawahnya

2.      Air + Toluen menghasilkan larutan 2 fasa bercampur terdapat gelembung

3.      Air + Sikloheksena menghasilkan larutan 2 fasa tidal bercampur

·         Reaksi dengan Minyak Tanah

1.      Minyak tanah + Minyak goreng, larut

2.      Minyak tanah + Toluen, larut

3.      Minyak tanah + Sikloheksena, larut

 

2.      Sifat Kimia Hidrokarbon.

·         Reaksi Pembakaran :

1.      Sikloheksena dibakar menghasilkan nyala api kecil dan cepat mati.

2.      Toluen dibakar menghasilkan nyala api besar, dan tidak cepat mati.

3.      Minyak goreng dibakar, tidak ada nyala api dan kering.

·         Reaksi dengan KMnO4

1.      KMnO4 (13 tetes) + sikloheksena terbentuk endapan coklat.

2.      KMnO4 (10 tetes) + toluene terbentuk 2 fasa berwarna ungu dan terdapat gelembung-gelembung.

3.      KMnO4 (10 tetes) + minyak goreng terbentuk warna larutan merah kecoklatan dan mengental.

·         Reaksi dengan H2SO4 pekat

1.      H2SO4 + sikloheksana terbentuk 2 fasa dan terjadi pelepasan panas.

2.      H2SO4 + toluene terjadi pelepasan panas yang lebih panas dari 2 percobaan lain.

3.      H2SO4 + minyak goreng terjadi pelepasan panas.

 

Pembahasan

Pada percobaan praktikum kali ini ada beberapa percobaan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi hidrokarbon melalui sifat-sifat fisikanya maupun sifat-sifat kimianya. Untuk mengetahui sifat-sifat fisika hidrokarbon tersebut percobaan yang dilakukan yaitu mereaksikan senyawa-senyawa hidrokarbon dengan air dan dengan minyak. Sedangkan untuk mengetahui sifat kimianya, percobaan yang dilakukan yaitu dengan reaksi pembakaran, mereaksikan hidrokarbon dengan KMnO4, dan mereaksikan dengan H2SO4.

Pada percobaan pertama yaitu sikloheksena, minyak goreng, dan toluen masing-masing direaksikan dengan air. Ketiga senyawa hidrokarbon tersebut direaksikan dengan air dan meghasilkan larutan dengan 2 fasa. Antara air dengan ketiga senyawa hidrokarbon tersebut tidak dapat bercampur. Dari sini dapat terlihat jelas bahwa air bersifat polar sedangkan sikloheksena, minyak goreng, ataupun toluen merupakan senyawa non polar. Itulah yang menyebabkan ke tiga senyawa hidrokarbon tersebut tidak dapat larut dalam air. Karena perbedaan kepolaran senyawa tersebut. Senyawa non polar hanya larut dan dapat bercampur pada senyawa non polar. Seperti halnya pada percobaan selanjutnya yaitu masing-masing dari ke tiga senyawa hidrokarbon tersebut direaksikan dengan minyak tanah, baik sikloheksena, toluene ataupun minyak goreng direaksikan dengan minyak tanah dapat larut dan dapat bercampur. Hal ini dikarenakan sifat kepolaran yang sama antara pereaksi dengan senyawa hidrokarbon tersebut yaitu sama-sama bersifat non polar.

Pada percobaan kedua yaitu sikloheksena, minyak goreng, maupun toluen masing-masing dibakar. Sikloheksena dibakar dengan api menghasilkan nyala api kecil dan nyala api tersebut cepat mati. Toluen dibakar dengan api menghasilkan nyala api yang besar dan api rersebut tidak cepat mati atau bertahan menyala dengan lama. Sedangkan minyak goring dibakar dengan api tidak menghasilkan nyala api dan kering. Dari ketiga hasil pengamatan tersebut dapat kita lihat bahwa ternyata toluene lah yang menghasilkan nyala api paling baik dan lebih tahan lama yang artinya diantara ketiga senyawa hidrokarbon tersebut yang dapat bereaksi dengan O2 pada saat terjadi oksidasi dan pembakaran yang paling mudah bereaksi adalah toluen karena toluene lebih bersifat reaktif diantara kedua senyawa hidrokarbon lain yang diujikan

Pada percobaan ketiga yaitu ketiga senyawa hydrogen tersebut masing-masing direaksikan dengan KMnO4. Sikloheksena direaksikan dengan KMnO4 sedikit demi sedikit sampai 13 tetes ditambahkan ke dalam sikloheksena menghilangkan warna ungu KMnO4 dan terbentuknya endapan berwarna coklat. Toluen direaksikan dengan KMnO4 sebanyak 10 tetes menghasilkan 2 fasa larutan berwarna ungu dan terdapat gelembung-gelembung di dalamnya. Sedangkan pada minyak goreng ditambahkan 10 tetes KMnO4 menghasilkan larutan yang berwarna merah kecoklatan. Dari ketiga senyawa hidrokarbon tersebut dapat terlihat jelas bahwa KMnO4 hanya akan mengoksidasi sikloheksena terlihat dari perubahan warna dan terbentuknya endapan berwarna coklat. Sedangkan pada toluene dan minyak goreng KMnO4 tidak bereaksi karena KMnO4 tidak bersifat reaktif pada senyawa aromatic maupun senyawa alkana. KMnO4 hanya akan reaktif jika bereaksi dengan senyawa tak jenuh.

Pada percobaan keempat yaitu, ketiga senyawa hidrokarbon tersebut masing-masing direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin. Sikloheksena direaksikan dengan H2SO4 dingin terjadi pelepasan panas dan terbentuk 2 fasa. Sedangkan pada toluene dan minyak goreng juga diamti adanya perubahan panas yang terjadi pada dinding tabung. Dari yang sebelumnya dingin menjadi lebih panas. Dari sini terlihat bahwa adanya perpindahan  panas dari sistem ke lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa reaksi ttersebut dinamakan reaksi eksotermik yang ditandai dengan pelepasan panas.

 

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

Adapun yang dapat disimpulkan dalam percobaan ini yaitu:

1.      Sikloheksena, toluene, dan minyak goreng merupakan senyawa non polar.

2.      Toluena merupakan senyawa hidrokarbon yang paling reaktif saat terjadi reaksi pembakaran.

3.      Sikloheksena merupakan senyawa reaktif saat terjadi reaksi oksidasi oleh KMnO4.

4.      Terjadi reaksi eksotermik saat senyawa hidrokarbon direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin.

 

SINTESIS ASPIRIN

BAB I
PENDAHULUAN
 
Latar belakang
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan dibantu dengan asam sulfat pekat. Aspirin memilik keguanaan untuk meringankan rasa saki, terutama sakit kepala, sakit gigi dan nyerti otot serta menurunkan demam. Aspirin yang sekarang sedang dikembangkan ini memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dengan waktu lama untuk mencegah serangan jantung.
Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan asam salisilat (memiliki gugus OH). Asam salisilat dicampur dengan asam asetat anhidrat, menyebabkan reaksi menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan. Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis.
Pada praktikum ini akan di kemukakan laporan mengenai salah satu sintesis zat kimia yaitu sintesis aspirin (asam asetil salisilat) sebagai hasil dari praktikum yang telah dilakukan.
 
 Tujuan Percobaan
1.      Membuat aspirin dalam skala labor
2.      Memahami dan mempelajari reaksi yang terjadi
3.      Menghitung presentase aspirin yang dihasilkan
 
BAB II
LANDASAN TEORI
 
 Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetylasi. Reaksi asetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl kedalm suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi.
Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :
 
a)        Sintesa Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat Anhidrat dengan bantuan Asam Sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
b)        Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.
Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat Anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 )
 
Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat – zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena keefektifannya. Kedepannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.(Ilham,2011)
 
Manfaat Aspirin
Aspirin digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, Aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena pada kaki dan panggul. Ada juga artikel yang ditulis dalam literatur medis mendalilkan penurunan kejadian kanker usus besar di antara mereka yang secara teratur mengonsumsi Aspirin pada dosis tertentu. Saat ini banyak dokter dan pasien yang menggunakan Aspirin dosis rendah (baby Aspirin atau Aspirin berdosis 81 mg) setiap hari untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan serangan jantung dan stroke melalui aksi anti-plateletnya (pengencer darah dan mencegah pembekuan darah).
Aspirin juga telah digunakan untuk mengatasi anak-anak yang mengalami Sindrom Bartter, dan juga dalam meningkatkan penutupan Patent Ductus Arteriosus (PDA), hubungan abnormal antara aorta (arteri utama terhubung ke jantung) dan arteri pulmonalis (untuk paru-paru) pada bayi baru lahir. Jika PDA tidak menutup secara normal, operasi mungkin diperlukan untuk menutupnya (menutup dengan cara menjahit) sebelum anak memasuki usia sekolah.
 
BAB III
METODOLOGI
Alat-alat yang digunakan :
1.      Labu Didih Dasar Bulat 1 buah 500 ml
2.      Erlenmeyer 1 buah 250 ml
3.      Gelas Piala 2 buah 25 & 50 ml
4.      Corong 1 buah
5.      Kaca Arloji 1 buah
6.      Pipet Tetes 7 buah
7.      Termometer 1 buah
8.      Batang Pengaduk 1 buah
9.      Gelas Ukur 1 buah
10.  Tabung Reaksi 2 buah
Bahan-bahan yang digunakan :
1.      Asam Salisilat 3 gram
2.      Asetat Anhidrat 9 ml
3.      Asam Sulfat Pekat 4 tetes
4.      Alkohol
5.      Ferri Klorida 3 tetes
6.      Aquadest 40 ml
 
 
 
 
 Prosedur Percobaan :
1.      Pembuatan Aspirin
a.       Masukkan asam salisilat sebanyak 3 gram kedalam labu didih dasar bulat (reactor) dan tambahkan 9 ml asetat anhidrat sedikit demi sedikit serta 3-4 tetes asam sulfat pekat.
b.      Goyang-goyangkan labu agar zat tercampur baik (lakukan dalam lemari asam).
c.       Panaskan diatas penangas air pada temperatur 50-60 oC sambil diaduk selama 15 menit.
d.      Biarkan campuran menjadi dingin pada suhu kamar, aduk sekali-sekali.
e.       Tambahkan 40 ml aquadest, aduk dengan sempurna.
f.       Didinginkan selama 1 jam menggunakan batu es.
g.      Selanjutnya saring endapan dengam pompa penghisap/vakum.
2.      Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)
a.       Larutkan aspirin dalam 7 ml alkohol hangat.
b.      Tuangkan kedalam larutan aspirin-alkohol 40 ml aquadest hangat.
c.       Panaskan sampai larut (dalam penangas air) bila terjadi endapan, saring larutan dalam keadaan panas dengan cepat.
d.      Dinginkan larutan jernih dengan menggunakan batu es selama 1 jam.
e.       Amati larutan tersebut sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.
f.       Saring larutan dan endapan menggunakan kertas saring dengan corong Buchner, sebelumnya timbang dulu kertas saring yang digunakan (penyaringan vakum).
g.      Keringkan pada suhu kamar.
h.      Timbang berat aspirin yang terbentuk bila telah kering.
i.        Hitung rendemennya.
 
 
 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Hasil Praktikum   
        1. Pembuatan Aspirin   
·         Pencampuran 3 gram asam salisilat, 9 ml asetat anhidrat, dan 3-4 tetes asam sulfat pekat di dalam labu didih dasar bulat menghasilkan campuran berwarna bening.
·         Campuran diatas ditambah 40 ml aquadest membentuk 2 lapisan.
·         Campuran diatas setelah didinginkan menggunakan batu es membentuk endapan berwarna putih.
·         Setelah endapan disaring mrnggunakan pompa vakum, maka didapatlah aspirin.
2. Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)
·         Aspirin yang didapat ditambah 7 ml alkohol hangat menghasilkan warna campuran bening.
·         Campuran diatas ditambah 40 ml aquadest hangat menghasilkan warna campuran putih keruh.
·         Setelah campuran diatas didinginkan menggunakan batu es, maka didapatkan kristal yang cukup banyak.
·         Berat aspirin secara praktikum = 2.8 gram.
·         Rendemen hasil 74.07%
 
 
Perhitungan ,
Berat aspirin secara praktikum = 3.86 – 1.06 = 2.8 gram
·         As.salisilat          +                   asetat anhidrat                             aspirin        +     asam asetat
BJ : 1,44 gr/ml                   BJ :1,08 gr/ml                                
Mr :138 gr/mol                 Mr : 102 gr/mol                             Mr : 180 gr/mol
 
 
 
·         Mol asam salisilat               =  mol
 
·         Massa asam asetat anhidrat = 1.08 x 9 = 9.72 gram
 
·         Mol asam asetat anhidrat     =  mol
 
·          As.salisilat  +  asetat anhidrat                    aspirin         +    asam asetat
M = 0.021                 0.095                             -                  -
 B = 0.021                 0.021                          0.021                     0.021
T =   -                        0.074                           0.021                             0.021
 
·          Berat aspirin secara teori             =  n x MR
=  0.021 x 180
=  3.78 gram
 
·         Rendemen =  x 100%
      =
      = 74.07 %
 
Pembahasan
Aspirin dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dan asetat anhidrat yang juga menghasilkan hasil sampingan berupa asam asetat. Pembuatan aspirin biasanya disebut dengan reaksi Acetylasi. Reaksi Acetylasi dapat terjadi cepat dengan bantuan katalis berupa Asam Sulfat pekat. Selain ditambah katalis, reaksi ini juga dilakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi aktifasi. Sedangkan pendinginan dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin, molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan.
Pembuatan aspirin ini dilakukan dengan 3 tahap, yaitu : pembentukan aspirin, rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin), dan uji kemurnian aspirin. Pada proses pembentukan aspirin, pertama-tama dicampurkan 3 gram asam salisilat, 9 ml asetat anhidrat, dan 3-4 tetes asam sulfat pekat didalam labu didih dasar bulat. Setelah itu, labu digoyang-goyangkan di dalam lemari asam agar zat tercampur sempurna dan menghasilkan campuran berwarna bening. Labu didih dipanaskan diatas penangas air pada temperatur 50-60 oC sambil diaduk selama 15 menit. Campuran dibiarkan dingin pada suhu kamar tetapi tetap aduk sekali-sekali. Kemudian, campuran ditambah dengan 40 ml aquadest dan diaduk sempurna yang membentuk 2 lapisan    pada campuran. Campuran didinginkan selama 1 jam menggunakan batu es dan menghasilkan endapan berwarna putih. Selanjutnya, saring endapan dengan pompa vakum, maka akan didapat aspirin.
Pada proses rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin), pertama-tama aspirin yang didapat ditambah dengan 7 ml alkohol hangat yang menghasilkan larutan berwarna bening. Larutan tersebut ditambah dengan 40 ml aquadest hangat dan menghasilkan larutan berwarna putih keruh. Larutan dipanaskan sampai larut, dan bila terjadi endapan saring larutan dalam keadaan panas dengan cepat. Dinginkan larutan jernih menggunakan batu es hingga kristal yang terbentuk cukup banyak. Saring larutan dan endapan menggunakan kertas saring dengan corong bucher, tetapi sebelumnya timbang dulu kertas saring yang digunakan. Setelah itu, keringkan pada suhu kamar dan timbang berat aspirin yang terbentuk bila telah kering dan hitung rendemennya.
Berat aspirin yang didapat secara praktikum sebesar 2.8 gram dan berat aspirin secara teori sebesar 3.78 gram. Rendemen yang didapat sebesar 74.07 %,
 
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
·         Pembuatan aspirin merupakan reaksi acetylasi yang merupakan reaksi memasukkan gugus acetyl pada asam salisilat ke dalam substrat yang sesuai
·         Berat aspirin yang didapat secara praktikum sebesar 2.8 gram
·         Berat aspirin yang didapat secara teori sebesar 3.78 gram
·         Rendemen hasil yang didapat sebesar 74.07 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Asam Asetat, http://www.wikipedia.com/asam_asetat.html, 11 Maret 2013
Anonim, 2012, Asam Salisilat, http://www.wikipedia.com/asam_salisilat.html, 11 Maret 2013
Anonim, 2012, Aspirin, http://www.wikipedia.com/aspirin.html, 11 Maret 2013
Anonim, 2012, Besi(III)Klorida, http://www.wikipedia.com/besi(III)klorida.html, 11 Maret 2013
Clark, Jim. 2007. Reaksi Anhirida Asam dengan Air, Alkohol dan Fenol. http://www.chem-is-try.org.  11 Maret 2013
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi 2, Jakarta, Erlangga
Habib, 2012, Reaksi Sintesis Aspirin, http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/, 11 Maret 2013
Ilham, 2011, Sintesis Aspirin, http://emozzh.blogspot.com/2011/04/sintesis-aspirin.html, 11 Maret 2013
Irdoni, Hs, Nirwana, Hz, 2013, Modul Kimia Organik (Praktikum), Pekanbaru, Universitas Riau
Pinna, dr, 2012, Rumus  Aspirin, http://drpinna.com/is-aspirin-good-for-you-59809, 11 Maret 2013