Sabtu, 28 September 2013

DESTILASI ETANOL



DESTILASI ETANOL

Pendahuluan 

Latar belakang
Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah bahan bakar yang tak dapat diperbaharui. Cepat atau lambat, minyak dunia akan habis. Saat ini, harga minyak memang sedang booming karena kebutuhan negara-negara industri baru. Kedepan, jika negara-negara di dunia tak segera mengantisipasi kelangkaan fossil fuel, harga minyak akan naik tinggi. Tapi sebaliknya, jika negara-negara di dunia menyiapkan antisipasinya sejak sekarang, niscaya harga minyak tak akan naik lagi, bahkan bisa turun. Mengapa? Karena dunia nantinya bisa mencari pengganti minyak fosil yang aman, murah, dan mudah diproduksi oleh siapa pun. Saat ini, industri minyak hanya dipegang oleh para pemodal besar. Seiring dengan menipisnya cadangan energi BBM, etanol sudah mulai dilirik oleh beberapa Negara dunia.
Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada tahun 2007. Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di dunia telah meningkat dari 3.7% menjadi 5.4%.  Pada tahun 2010, produksi etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar galon AS (86,9 miliar liter), dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon AS, atau 57,5% dari total produksi dunia. Etanol digunakan secara luas di Brasil dan Amerika Serikat. Kedua negara ini memproduksi 88% dari seluruh jumlah bahan bakar etanol yang diproduksi di dunia. Kebanyakan mobil-mobil yang beredar di Amerika Serikat saat ini dapat menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol sampai 10%, dan penggunaan bensin etanol 10% malah diwajibkan di beberapa kota dan negara bagian AS. Sejak tahun 1976, pemerintah Brasil telah mewajibkan penggunaan bensin yang dicampur dengan etanol, dan sejak tahun 2007, campuran yang legal adalah berkisar 25% etanol dan 75% bensin. Di bulan Desember 2010 Brasil sudah mempunyai 12 juta kendaraan dan truk ringan bahan bakar fleksibel dan lebih dari 500 ribu sepeda motor yang dapat menggunakan bahan bakar etanol murni.
Tujuan
Dapat melakukan proses destilasi etanol menggunakan alat destilasi sederhana yang dibuat sendiri dengan alat dan bahan yang mudah ditemukan sehari – hari. Sampai dihasilkan etanol 95 %.
Waktu dan tempat pelaksanaan
Senin 30 september 2013 pukul 09.20 WIB di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Jakarta



Dasar teori
                                          
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, yaitu sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang berguna untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok bahan dasar untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Aroma etanol yang khas dan sifatnya yang mudah terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil berperan dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol yang dibebaskan pada 298 K. Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah 303 K. Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis, sehingga ia akan menyerap air dari udara.


ikatan hidrogen atanol pada suhu 186 0 C

 Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya etanol dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida.[8] Natrium klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak atsiri[13] dan banyak perasa, pewarna, dan obat.
Sifat kimia Etanol Secara umum Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.

Sabtu, 21 September 2013

PROSES FERMENTASI PEMBUATAN TAPE BERAS

PROSES FERMENTASI PEMBUATAN TAPE BERAS

 

 Dasar Teori


Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan baku bio-etanol yang dapat digunakan antara lain ubi kayu, tebu, sagu dan lain-lain.

Proses produksi Bio-etanol

            Secara umum, proses pengolahan bahan berpati seperti ubi kayu, jagung dan sagu untuk menghasilkan bio-etanol dilakukan dengan proses urutan. Pertama adalah proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosidik sedangkan amilopektin mempunyai struktur bercabang dengan ikatan a-(1,6)-D-glikosidik sebanyak 4-5% dari berat total. Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer pati.
Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Enzim yang digunakan adalah alfa-amilase pada tahap likuifikasi, sedangkan tahap sakarifikasi digunakan enzim glukoamilase. Berdasarkan penelitian, penggunaan a-amilase pada tahap likuifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 50.83 pada konsentrasi a-amilase 1.75 U/g pati dan waktu likuifikasi 210 menit, dan glukoamilase pada tahap sakarifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 98.99 pada konsentrasi enzim 0.3 U/g pati dengan waktu sakarifikasi 48 jam. Tahap kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula menjadi etanol dan CO2.
            Fermentasi etanol adalah perubahan 1 mol gula menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol (Amerine et al., 1987). Khamir yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae, karena jenis ini dapat berproduksi tinggi, toleranterhadap alkohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32oC.
Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan etanol. Distilasi merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya. Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Azeotrop
            Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Efektifitas Distilasi
            Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.


 Tujuan

Mahasiswa mampu memurnikan alkohol yang terdapat pada ketan mengunakan alat destilasi sederhana.

 

 Alat dan Bahan


Bahan :
•    1 liter beras ketan putih
•    ½ liter beras ketan hitam
•    1 buah ragi (12,58 gr Saccharomyces sp.)
•    Air secukupnya
Alat :
•    penanggas
•    Panci penanak nasi
•    Nampan ukuran besar
•    Saringan teh
•    Plastik kue ukuran besar




Prosedur Kerja


Cara Kerja :
•    Beras Ketan hitam dan ketan putih dicampur dan dicuci, kemudian direndam dengan air selama 1 hari.
•    Kemudian, pengukus nasi dipanaskan, ketan yang sudah direndam, airnya dibuang dan masukkan ketan ke dalam pengukus nasi, ketan di kukus selama 40 menit.
•    Setelah dikukus, nasi ketan diangkat dan didinginkan. Setelah nasi ketan kemudian ketan di taburi ragi.
•    Nasi ketan yang sudah ditaburi ragi dibungkus dengan plastik sehingga tidak ada udara dapat masuk kemudian ditempatkan pada wadah yang kedap udara selama 3-4 hari (fermentasi).
•    Setelah 3-4 hari air tape dipisahkan dengan cara diperas, kemudian dilakukan distilasi dengan alat distilasi sederhana yang telah kami buat.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan :

Dari 72 ml ketan yang di destilasikan terdapat 5 ml destilat, namun setelah di uji ternyata destilat bukan etanol  murni karena tidak terdapat nyala api putih ketika di bakar

 

Pembahasan

 

Pada praktikum pembuatan bioetanol ini dilakukan dengan bahan beras ketan putih sebanyak 1 kg, langkah pertama yang dilakukan adalah persiapan bahan yaitu dengan merendam beras ketan satu malam(12 jam)hal ini dilakukan untuk menambah massa ketan agar tidak terlalu keras.Kemudian beras ketan dikukus sampai masak,setelah itu didinginkan sebelum dilakukan proses fermentasi,karena apabila ragi dicampurkan dalam keadaan panas akan menyebabkan khamir (Saccharomyces cerevisiae)akan mati,karena khamir memiliki suhu optimum bekerja pada 250-30­0 C dan memiliki suhu maksimum 450C.Setelah dingin lalu ketan dimasukkan ke dalam toples yang sudah dialasi daun pisang,berdasarkan Jurnal Gradien Vol.2 No.1 Januari 2006 : 123-125 bahwa variasi wadah pada proses fermentasi mempengaruhi kadar dari etanol. Daun pisang akan memberikan suasana yang lebih cocok bagi mikrobia fermentator untuk berperan aktif dalam proses fermentasi karbohidrat menjadi etanol. Ketan dan ragi yang telah dihaluskan dimasukkan secara berlapis setelah itu toples ditutup rapat agar oksigen tidak masuk,dan proses metabolisme anaerob khamir dapat berlangsung. Menurut Pasteur, keberadaan oksigen akan menghambat  jalur fermentasi di dalam sel khamir sehingga sumber  karbon yang ada akan digunakan melalui jalur  respirasi. Fenomena ini sering disebut sebagai  Pasteur effect. Pada sel-sel prokariota  dan eukariota, Pasteur effect banyak dijumpai,  salah satu contoh adalah fermentasi asam laktat oleh sel  otot manusia ketika kekurangan oksigen.  Berdasarkan  fenomena ini, seharusnya produksi ethanol oleh khamir  terjadi pada kondisi anaerob. Namun ternyata, Pasteur effect  pada sel khamir diamati pada sel yang telah memasuki  fase stasioner (resting), sedangkan produksi alkohol terjadi  ketika sel berada pada fase pertumbuhan (fase log). Hal inilah yang membuat Pasteur effect diduga bukan fenomena yang terjadi saat produksi ethanol oleh Saccharomyces cerevisiae.
   Pada hari ke-3, proses fermentasi telah selesai dan diambil airnya, air yang didapat dari proses fermentasi adalah 72 ml yang kemudian akan didestilasi untuk memperoleh alkohol. pertama, air perasan dituang ke dalam kondensor dan dipanaskan di atas penanggas air. Destilasi ini dapat berjalan dengan baik apabila temperatur dalam kaleng kondensor tidak melebihi 80 derajat Celcius karena jika melebihi bahkan sampai 100 derajat, etanol akan bercampur dengan air. Keadaan seperti ini sering disebut "azeotrop". Teori azeotrop merupakan campuran dari 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu yang tidak bisa berubah hanya melalui destilasi biasa. Ketika campuran azeotrop didihkan, fase uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran ini sering disebut constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, terdapat tetesan yang keluar namun itu bukan etanol karena pada saat dilakukan uji etanol cairan tersebut bukanlah etanol, hal ini disebabkan oleh kesalahan alat destilasi sederhana yang dibuat.



Kesimpulan

 

1.      Kegagalan alat destilasi sederhana disebabkan peralon dari jar pemasakkan terlalu tinggi sehigga uap destilasi tidak dapat mengalir, dan terjadi banyak sekali kebocoran di alat destilasi sehingga menjadikan alat tidak optimal.

 

Daftar Pustaka

 

1.Sutanto,teja dwi dan martono,agus.2006.Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih.Bengkulu.Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia


3.www.litbang.deptan.go.id (diakses tanggal 18 september pukul 22.00 WIB)

 

 

 

 

Kamis, 19 September 2013

pembuatan alat destilasi sederhana



Cara pembuatan

  1. Potonglah pipa yang berdiameter 2,5 inchi sepanjang 30 cm dengan gergaji
  2. Lubangi pipa tersebut dengan bor kecil pada bagian kiri atas dan kanan bawah dengan ukuran yang sesuai pada selang akuarium.
  3. Lubangi bagian tengah tutup pipa yang telah disiapkan tersebut dengan diameter 1,4 inchi sesuai dengan diameter dari selang tersebut.
  4. Tutuplah kedua sisi pipa tersebut dengan kedua tutup pipa berlubang dan telah dipotong tersebut.
  5. Potong tongkat besi bekas tersebut sepanjang 35 cm dengan menggunakan gergaji besi
  6. Masukkan tongkat tersebut ke dalam pipa yang telah ditutupi oleh tutup pipa lewat lubang yang telah dibuat pada tengah tutup pipa.
  7. Potonglah selang menjadi dua bagian, masing-masing panjangnya menjadi 20 cm
  8. Hubungkan kedua ujung selang dengan ujung tongkat, sementara itu ujung yang lain dimasukkan ke dalam dua tutup botol bekas yang sudah dilubangi. Rekatkan pula dengan lem besi agar lebih kuat.
  9. Hubungkan pula selang akuarium pada lubang yang telah dibuat di pipa bekas tersebut. Hubungkan pula salah satu selang akuarium pada pompa akuarium serta masukkan selang yang lain ke dalam ember yang berisi air. Air tersebut bertujuan untuk proses pendinginan ketika proses distilasi berlangsung

Alat-alat yang dibutuhkan adalah seperti bor kecil, pemanas, pompa akuarium, cutter, gergaji besi, dan lem besi. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah selang dengan diameter 1,4 inchi, selang untuk akuarium, pipa bekas dengan diameter 2,5 inchi, tutup pipa, ember, lakban, kaleng bekas,botol kaca bekas,  dan tongkat bekas.

 

Kelemahan dari alat distilasi sederhana ini adalah bakal ada kebocoran yang terjadi pada pipa dan air menjadi keluar lewat celah-celah sandal jepit tersebut. Namun, hal itu dapat diatasi dengan menambahkan lem lebih banyak untuk menutup celah tersebut.


Rabu, 18 September 2013

pembuatan tape dan alat destilasi sederhana untuk bioetanol

      

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan bioetanol adalah membuat alkoholl dari bahan alam. Dalam percobaan ini bahan yang digunakan adalah ketan hitam yang akan kita fermentasikan menjadi tape ketan hitam dan alcohol. Berikut langkah – langkah membuat tape ketan hitam.
      1.       Siapkan beras ketan hitam ½ L dan cuci hingga benar – benar bersih, kemudian rendam dalam air ± 20 menit
      2.       Kukus beras ketan hitam tersebut sampai matang, lalu pindahkan ke wadah (seperti tuperware) yang alasnya telah dilapisi dengan daun pisang. Diamkan sampai ketan hitamnya dingin
      3.       Bila ketan hitam telah dingin potong ragi menjadi 2 bagian, (gunakan 1 bagian ragi saja untuk memfermentasikan ketan hitam) tumbuk ragi tersebut hingga halus kemudian taburkan dengan merata ke seluruh permukaan ketan hitam.
      4.       Tutup dengan rapat ketan hitam yang telah diragikan dan jangan sampai ada udara yang masuk. Lalu simpan di suhu ruang selama 1 minggu.
      5.       Setelah 1 minggu saring alcohol yang telah muncul dalam tape tersebut dan ukur volumenya.
Selagi menunggu proses fermentasi kita bisa membuat alat destilasi secara sederhana dengan alat – alat yang ada dalam kehidupan kita sehari – hari. Berikut cara pembuatan alat destilasi sederhanya.