DESTILASI : FERMENTASI
BIOETHANOL DARI LIMBAH BUAH PEPAYA
Dasar
Teori
Fermentasi adalah
proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang
berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan.
Pepaya termasuk kedalam kerajaan plantae, ordo barssicales, famili caricacease,
genus carcica, dengan spesies C. Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari
bahasa belanda ,“ papaja”, yang ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak,
“Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda
“gedang”.
Pepaya memiliki berbagai manfaat. buahnya dapat dimakan baik
saat muda maupun setelah masak, daunya juga bisa di masak ataupun menjadi
sayuran. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung
enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah
konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi
komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan
dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan. Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa
dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol. Buah-buahan yang mengandung kadar
gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah
yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah
tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga,
akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.
Kadar gula buah
pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi belum tahu berapa kadar yang
tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan bisa sampai
10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat
ethanol. Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di
dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi
sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51 kg ethanol
absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang
bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%.
Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa
Rp 576.000 per ton buah afkir. Nilai ini akan bertambah besar jika limbah
bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC).
Tujuan
Mahasiswa dapat memanfaatkan limbah buah papaya dan
menentukan kadar etanol didalam buah pepaya
Alat dan Bahan
- Alat
a. Timbangan
b. Gelas ukur
c. Blender
d. Baskom
e. Plastik
f. Destilator
g. Alkoholmeter
- Bahan
a. Pepaya tidak layak
jual
b. Ragi roti
c. Urea atau NPK
d. K2CrO7
e. Es
Prosedur kerja
a. Fermentasi
1) Pepaya dikupas lalu di
blender sampai halus, dicatat berapa volume yang didapatkan.
2) Lalu ditambahkan
dengan ragi roti 5% dari volume pepaya.
3) Ditambahkan pupuk Urea
2% dari volume pepaya.
4) Diaduk sampai rata.
Setelah itu ditutup rapih agar tidak ada oksigen yang masuk.
5) Ditunggu hingga 48 jam
sampai tidak ada buih yang menyertai fermentasi.
6) Setelah itu hasil
fermentasi diperas, diambil cairannya saja.
b. Destilasi
1) Hasil fermentasiyang
telah diperas. Didestilasi dengan menggunakan destilator yang sidah disiapkan.
2) Ditunggu hingga keluar
cairan etanolnya.
3) Setelah selesai diuvur
volume yang didapatkan.
c. Uji kadar etanol
Jika
didapatkan 25 ml etanol hasil destilasi, uji kadar bisa dilakukan dengan
menggunakan piknometer. Atau jika diatas 50 ml bisa menggunakan alkohol meter.
Namun jika didapatkan kurang dari 25 ml bisa manggunakan perhitungan berat
jenis. Bj = W1–W0/W2-W0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar