Minggu, 06 Oktober 2013


DESTILASI : FERMENTASI BIOETHANOL DARI LIMBAH BUAH PEPAYA

Dasar Teori

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Pepaya termasuk kedalam kerajaan plantae, ordo barssicales, famili caricacease, genus carcica, dengan spesies C. Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari bahasa belanda ,“ papaja”, yang ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak, “Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda “gedang”.

Pepaya memiliki berbagai manfaat. buahnya dapat dimakan baik saat muda maupun setelah masak, daunya juga bisa di masak ataupun menjadi sayuran. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan. Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol. Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.

Kadar gula buah pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi belum tahu berapa kadar yang tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan bisa sampai 10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol. Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir. Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC).


Tujuan

Mahasiswa dapat memanfaatkan limbah buah papaya dan menentukan kadar etanol didalam buah pepaya


Alat dan Bahan

-          Alat
a.       Timbangan
b.      Gelas ukur
c.       Blender
d.      Baskom
e.      Plastik
f.        Destilator
g.       Alkoholmeter

-          Bahan
a.      Pepaya tidak layak jual
b.      Ragi roti
c.      Urea atau NPK
d.      K2CrO7
e.      Es


          Prosedur kerja

a.       Fermentasi
1)      Pepaya dikupas lalu di blender sampai halus, dicatat berapa volume yang didapatkan.
2)      Lalu ditambahkan dengan ragi roti 5% dari volume pepaya.
3)      Ditambahkan pupuk Urea 2% dari volume pepaya.
4)      Diaduk sampai rata. Setelah itu ditutup rapih agar tidak ada oksigen yang masuk.
5)      Ditunggu hingga 48 jam sampai tidak ada buih yang menyertai fermentasi.
6)      Setelah itu hasil fermentasi diperas, diambil cairannya saja.

b.      Destilasi
1)      Hasil fermentasiyang telah diperas. Didestilasi dengan menggunakan destilator yang sidah disiapkan.
2)      Ditunggu hingga keluar cairan etanolnya.
3)      Setelah selesai diuvur volume yang didapatkan.

c.       Uji kadar etanol

Jika didapatkan 25 ml etanol hasil destilasi, uji kadar bisa dilakukan dengan menggunakan piknometer. Atau jika diatas 50 ml bisa menggunakan alkohol meter. Namun jika didapatkan kurang dari 25 ml bisa manggunakan perhitungan berat jenis. Bj = W1–W0/W2-W0